Entahlah, saya merasa sangat terganggu ketika kembali melihat berita sore ini tentang serangan Israel ke Palestina. Geram rasanya ketika mereka dengan sangat semena-mena melakukan pemboman ke daerah pemukiman rakyat sipil. Sampai sore ini saja, otoritas Palestina sudah mengumumkan sebanyak 315 orang tewas karena serangan itu yang sudah dimulai sejak hari sabtu.
Suatu ironi yang menghentak, di saat umat Islam yang seharusnya bersuka cita menyambut tahun baru islam, 1430 H, di saat bersamaan kita menghadapi suatu fakta yang sangat tidak mengenakan tentang serangan militer Israel terhadap Palestina. DK PBB pun belum mengeluarkan suatu aksi nyata yang dapat menghentikan semua ini, suatu Resolusi yang diharapkan dapat memaksa Israel untuk menghentikan serangannya belum juga dikeluarkan.
Perlakuan ganda Amerika Serikat terhadap Israel dan Palestina juga sangat mengganggu saya. Terkesan semua yang terjadi merupakan hadiah perpisahan terakhir dari Mr. Bush untuk kawan dekatnya Israel. Di saat yang sama, transisi pergantian pimpinan di Amerika Serikat juga mempermulus Israel untuk mengambil momentum terhadap penyerangan di Jalur Gaza. Amerika Serikat yang mengklaim dirinya sebagai polisi perdamaian dunia, yang begitu mengecam tentang pengayaan uranium yang dilakukan Iran, yang begitu perhatian terhadap Saddam Husein, yang mereka klaim sebagai salah seorang diktator yang menyengsarakan Irak, tapi sampai saat ini belum berbuat apa-apa dan malah terkesan membiarkan semua yang dilakukan Israel.
Perundingan antara Israel dan Palestina yang ditengahi oleh Amerika Serikat, beberapa bulan lalu, yang salah satu hasil pentingnya adalah perwujudan Palestina sebagai negara yang merdeka di akhir tahun 2008, terkesan saat ini sebagai suatu mimpi yang akan kian jauh untuk di raih. Perundingan yang terkesan sebagai lelucon yang tidak pantas untuk ditertawakan.
Negara-negara Liga Arab, juga terlihat belum banyak membantu perjuangan Palestina, terkesan semua hanya terjebak dalam wacana mengutuk, tetapi belum ada tindakan nyata yang lebih membantu perjuangan Palestina. Bahkan sampai tulisan ini ditulis, Mesir sebagai salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Jalur Gaza, belum mengizinkan perbatasannya di buka untuk jalur pengungsian. Bagaimana nasib para pengungsi itu ? anak-anak dan wanita yang tidak bersalah, seharusnyakah mereka berdiri berdiam menyambut datangnya bom-bom udara dari militer Israel ?. Mesir harus melalukan tindakan secepatnya. Mesir setidaknya dapat membantu dengan membuka perbatasan mereka sebagai jalur pengungsi secepat mungkin. Read more…
Recent Comments