Archive

Archive for June, 2009

[memulai] menilai cawapres

capres dan cawapres

Lihat debat cawapres tadi malam? bagaimana menurut anda? Terlepas sang moderator, Komarudin Hidayat membebaskan kita bersikap menanggapi itu sebagai debat, presentasi ataupun sekadar perbincangan, tetapi mau tidak mau saya harus mengakui debat cawapres sedikit lebih menarik dari debat capres kemarin. Sosok cawapres menarik dengan semua issu yang melekat, setidaknya selama kurang lebih 60 menit bisa membuat saya menilai seperti apa cawapres kita.

Si cawapres calon no 1, terlihat begitu bersemangat, sering melakukan agitasi yang menurut saya tidak perlu, menyebabkan beliau kadang lari dari konteks masalah, jawaban yang ngelantur dan tidak tepat sasaran. Satu kata yang sering terdengar dari mulut beliau adalah perubahan sistemik. Anda tahu artinya? Sumpah saya juga gak begitu tahu. Kesimpulannya beliau si no 1 terlihat begitu ahli melakukan agitasi :P

Si cawapres calon no 2, sempat membuat saya deg-deg plas, bukan apa-apa lawan yang dia hadapi adalah para mantan jendral yang saya kira sebelumnya sudah banyak dan berpengalaman untuk bisa memakan lawan bicaranya hehehe. Biarpun di awal-awal beliau terlihat sedikit tegang dan terlalu berhati-hati, grafik peningkatan mulai diperlihatkan di pertengahan acara. No 2 strikes back, sesuatu yang akhirnya membuat saya kembali bersemangat untuk menonton acara ini sampai habis. Ketika si cawapres no 2 ini menanggapi komentar dari si no 3, satu kalimat yang begitu menghenyak dan dalam. Satu kata antara perbuatan ! kewl !

Si cawapres calon no 3, bolehlah kemampuan public speaking yang paling unggul dari semua calon, yang sayangnya tidak diimbangi dengan contoh praktikal menurut saya, dan paling parah semua yang dijelaskan masih bersifat normatif. Ada yang membuat saya terganggu, ternyata si cawapres no 3 ini masih bernostalgia dengan masa orde baru, membayangkan kedekatannya dengan orde tersebut. Program yang ditawarkan pun benar-benar orde baru, GDN, Gerakan Disiplin Nasional. Hmmmppphhh

Buat saya debat cawapres tadi malam setidaknya memberikan sesuatu, keyakinan lebih untuk setidaknya saya dapat menentukan pilihan saya. Jadi teringat salah satu quote dari moderator, wakil yang dalam islam diartikan sebagai tempat bersandar. Tempat bersandar yang secara harfiah bisa kita artikan sandaran untuk sang Presiden ataupun sandaran untuk rakyatnya.

Si nomor 1 terlalu berpaku dengan jargon dan agitasinya, si nomor 2, setidaknya tadi malam menyakinkan untuk melawan 2 jendral dengan ketenangannya dan no 3 terlalu lihai memainkan kata dan terlalu dekat dengan orde baru.

Bagaimana dengan anda? Siapakah yang pantas menjadi sandaran? Siapakah yang pantas jadi wakil?

Gambar minjem dari sini

[memulai] pemeriksaan gratis RS OMNI International

pengobatangratisdlm

Anda mau mendapatkan fasilitas pelayanan gratis sementara di pihak lain mungkin ada orang yang harus menderita lebih karena sesuatu yang ditimpakan kepadanya sebagai suatu kesalahan?

Saya peserta askes, dan saya cukup tau proseduk kok apa pelayanan yang diberikan oleh askes dan apa pelayanan yang diberikan dengan maksud tertentu.

Oh ini bakti sosial yah? Kenapa harus kejaksaan? Kenapa juga medical check up dan pap smear gratis? Momennya apa? Bukannya lebih umum kalau bakti sosial bisa berupa operasi kecil sumbing atau sunatan massal atau yang paling sederhana deh melibatkan kejaksaan tapi diperuntukan untuk lingkungan sekitar seperti donor darah.

Ah gak ngerti saya … semoga saja kita tidak dibuat seakan-akan bodoh. Satu yang sudah jelas ada satu maksud di situ :)

Buat jelasnya saya sadur ulang yah isi pengumuman yang menunjukkan  pemeriksaan medis gratis dari RS Omni International.Pengumuman itu ditulis dalam huruf kapital semua. Bunyinya sebagai berikut.

‘DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH PEGAWAI KEJARI TANGERANG UNTUK MENGIKUTI MEDICAL CHECK UP DAN PAPSMEAR GRATIS!!!!!!!!!! DARI PETUGAS OMNI INTERNASIONAL HOSPITAL.

HARI  : SENIN, 18 MEI 2009
PUKUL : 08.00 Wib s/d selesai
TEMPAT: AULA KEJAKSAAN NEGERI TANGERANG

DEMIKIAN UNTUK MENJADI CATATAN

AN KEPALA KEJAKSAAN NEGERI TANGERANG

Jadi ??? Silahkan ambil kesimpulan sendiri :p

foto diambil dari sini, dari pembaca detik.com berupa foto yang menunjukkan pengumuman pemeriksaan medis gratis dari RS Omni International.

[memulai] liburan di Batu Karas

Setelah gonjang ganjing berita dunia perblogan tentang ibu Prita, saatnya saya kembali untuk mencoba membagi cerita perjalanan saya minggu kemarin yang sempat tertunda untuk di posting.

Perjalanan yang menyenangkan, suasana yang baru, membantu saya untuk sekedar melupakan kepenatan pekerjaan dan masalah hidup (gayamu !).

Weekend minggu kemarin saya bersama keluarga menghabiskan liburan di Batu Karas, sebuah pantai yang indah terletak sekitar 30 km dari Pangandaran. Apa sih yang membedakan pantai ini dengan Pangandaran ?

Jelas Pangandaran lebih terkenal, tetapi tidak memberikan jaminan lebih bagus dan indah. Batu Karas menawarkan sesuatu yang berbeda, dimulai dari pemandangan pantainya, ombaknya dan juga peruntukan pantai ini yang digunakan sebagian orang untuk berselancar.

0106091

Saya juga cukup kaget dengan tipe pengunjung pantai ini, Pangandaran yang sebagian didominasi oleh keluarga, tetapi Batu Karas lebih didominasi pengunjung usia muda dan juga turis-turis asing yang sebenarnya cukup jarang kita temui di Pangandaran.

Selama 1 malam saya menginap di JavaCove, dengan biaya yang tidak terlalu mahal, kalau gak salah saya membayar Rp. 453,000,- selama satu malam termasuk makan pagi. Desain interior yang cukup keren sesuai dengan konsep Beach House yang ditawarkan hotel ini menambah rasa nyaman untuk saya, belum lagi letak dari hotel yang langsung berada di pinggir pantai. Hanya saja satu kekurangannya, entah memang menyesuaikan dengan konsep liburan atau apa lah alasannya, hotel ini ternyata tidak menyediakan TV di dalam kamar … hehehe.

Tapi bagaimanapun saya cukup puas dengan pelayanan dan kenyamanan yang ditawarkan hotel ini. Hanya saja dengan ketersediaan kamar yang tidak cukup banyak dan banyaknya peselancar yang menginap di sini lebih dari satu malam membuat kita akan menemui kesulitan untuk menginap jika tidak melakukan booking dan sedikit keberuntungan.

Sayang sekali kemarin saya tidak sempat mengunjungi Green Canyon, dikarenakan air sungai tersebut coklat dan pasang, yang di sebabkan hujan yang mengguyur di hulu sungai :(, selain itu saya juga tidak cukup beruntung untuk mendapatkan Sunrise di Batu Karas ataupun Sunset di Pangandaran.

Tapi ini lah liburan yang cukup menyenangkan terlepas dari ketidak beruntungan saya, rasanya sudah cukup puas dengan keindahan dan kenyamana yang ditawarkan Batu Karas dan JavaCove.

Oh ya hampir lupa, untuk makanan di daerah Batu Karas, harganya  sangatlah terjangkau bahkan bisa dikatakan murah apabila kita bandingkan dengan Pangandaran ataupun daerah wisata lainnya. Soal rasa? Lumayanlah saya sarankan mencoba cumi goreng tepung dan nasi gorengnya … maknyus !!!

Jadi berminat ke Batu Karas ???

[memulai] bersimpati untuk Ibu Prita

prita

Siapa bilang kita sudah merdeka? coba deh tanya ibu Prita … iyah ibu Prita yang ini. Rasanya kemerdekaan hanya kata-kata indah kepunyaan kelompok tertentu saja.

Ibu Prita yang berusaha menyuarakan keluhannya tentang pelayanan dari RS OMNI yang katanya International, sekarang harus meringkuk di penjara, karena Ibu Prita dinyatakan bersalah oleh PN Tangerang. Ibu rumah tangga dua anak ini dijerat Pasal 27 ayat (3) UU ITE.

Haruskah seperti ini, dimana lagi jargon bahwa konsumen adalah raja? konsumen berhak mendapatkan pelayanan yang sesuai, dimanakah hak konsumen yang katanya di jamin oleh UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Kita belum merdeka bukan? saya tidak pernah membayangkan jika semua provider memperlakukan konsumennya seperti RS OMNI yang katanya International. Itu hanya surat pembaca biasa yang juga banyak berseliweran di koran-koran nasional, seharusnya RS OMNI yang katanya International bisa menanggapi itu lebih arif dan bijaksana. Bisa membalas dan menjelaskan duduk persoalannya dan juga bisa memenuhi keinginan dari Ibu Prita untuk mendapatkan rekam medis yang dibutuhkannya.

Ah sudahlah, saya kok makin yakin kalau kita belum merdeka dan saya juga makin yakin bahwa tidak ada hubungan yang setara antara produsen atau penyedia jasa dengan konsumennya. Dan seperti yang sudah saya duga sebelumnya UU ITE ini malah menjadi bola panas yang bisa menggilas siapa saja :(.

Yang sabar yah Ibu Prita … kami ada di belakangmu :)

Seperti juga teman-teman yang lain, termasuk tika, ndorokakung, si-malaikat-yang-gak-pernah istirahat dan teman-teman yang lain, coba saya kopasin deh surat keluhan dari ibu Prita, dan semoga ini bisa menjadikan dukungan buat Ibu Prita.

Jakarta - Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.

Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.

Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.

Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.

Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi.  Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.

dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.

Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.

Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.

Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas.  Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.

Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah.

Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.

Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.

Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.

Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik.

Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.

Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan.

Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.

Salam,
Prita Mulyasari
Alam Sutera
prita.mulyasari@yahoo.com
081513100600

Udah yah? udah di baca kan? udah jelas kan? kenapa kita belum merdeka? kenapa tidak ada hubungan yang setara antar produsen atau penyedia jasa dengan konsumen?

Ah makin kacau saja kita …

Semoga saja saya gak ikut-ikutan ibu Prita atau Tika gara-gara nulis ini malah jadi kopdaran di penjara :P

Ayo Lawan !

PS : Foto ibu Prita dan dua anaknya minjem dari fesbuk

COMPLETE PACKAGE OF DONY ! is using WP-Gravatar