[memulai] menilai cawapres
Lihat debat cawapres tadi malam? bagaimana menurut anda? Terlepas sang moderator, Komarudin Hidayat membebaskan kita bersikap menanggapi itu sebagai debat, presentasi ataupun sekadar perbincangan, tetapi mau tidak mau saya harus mengakui debat cawapres sedikit lebih menarik dari debat capres kemarin. Sosok cawapres menarik dengan semua issu yang melekat, setidaknya selama kurang lebih 60 menit bisa membuat saya menilai seperti apa cawapres kita.
Si cawapres calon no 1, terlihat begitu bersemangat, sering melakukan agitasi yang menurut saya tidak perlu, menyebabkan beliau kadang lari dari konteks masalah, jawaban yang ngelantur dan tidak tepat sasaran. Satu kata yang sering terdengar dari mulut beliau adalah perubahan sistemik. Anda tahu artinya? Sumpah saya juga gak begitu tahu. Kesimpulannya beliau si no 1 terlihat begitu ahli melakukan agitasi
Si cawapres calon no 2, sempat membuat saya deg-deg plas, bukan apa-apa lawan yang dia hadapi adalah para mantan jendral yang saya kira sebelumnya sudah banyak dan berpengalaman untuk bisa memakan lawan bicaranya hehehe. Biarpun di awal-awal beliau terlihat sedikit tegang dan terlalu berhati-hati, grafik peningkatan mulai diperlihatkan di pertengahan acara. No 2 strikes back, sesuatu yang akhirnya membuat saya kembali bersemangat untuk menonton acara ini sampai habis. Ketika si cawapres no 2 ini menanggapi komentar dari si no 3, satu kalimat yang begitu menghenyak dan dalam. Satu kata antara perbuatan ! kewl !
Si cawapres calon no 3, bolehlah kemampuan public speaking yang paling unggul dari semua calon, yang sayangnya tidak diimbangi dengan contoh praktikal menurut saya, dan paling parah semua yang dijelaskan masih bersifat normatif. Ada yang membuat saya terganggu, ternyata si cawapres no 3 ini masih bernostalgia dengan masa orde baru, membayangkan kedekatannya dengan orde tersebut. Program yang ditawarkan pun benar-benar orde baru, GDN, Gerakan Disiplin Nasional. Hmmmppphhh
Buat saya debat cawapres tadi malam setidaknya memberikan sesuatu, keyakinan lebih untuk setidaknya saya dapat menentukan pilihan saya. Jadi teringat salah satu quote dari moderator, wakil yang dalam islam diartikan sebagai tempat bersandar. Tempat bersandar yang secara harfiah bisa kita artikan sandaran untuk sang Presiden ataupun sandaran untuk rakyatnya.
Si nomor 1 terlalu berpaku dengan jargon dan agitasinya, si nomor 2, setidaknya tadi malam menyakinkan untuk melawan 2 jendral dengan ketenangannya dan no 3 terlalu lihai memainkan kata dan terlalu dekat dengan orde baru.
Bagaimana dengan anda? Siapakah yang pantas menjadi sandaran? Siapakah yang pantas jadi wakil?
Gambar minjem dari sini
Recent Comments